Sejarah Pulau Kembang
A. Pendahuluan
Banjarmasin merupakan wilayah yang sebagian besar dikelilingi oleh
air, karenanya selain dikenal sebagai negeri “seribu sungai dan seribu
menara” hal ini disebabkan karena banyaknya sungai-sungai yang membentang
ditengah-tengah Kalimantan Selatan khususnya kota Banjarmasin baik itu sungai
kecil atau besar. Wilayah ini juga sangat populer dengan julukan “Negeri
Lambung Mangkurat” dengan motto “waja sampai kaputing”. Hal ini
dilatarbelakangi dari historikal sejarah Kalimantan Selatan khususnya
Banjarmasin tempat berdirinya kerajaan Banjar dan anak-anak keturunannya yang
penyebarannya sampai Hulu Sungai Utara.
Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukotanya Banjarmasin memiliki
banyak potensi lokasi wisata untuk dikembangkan, baik berupa Wisata Alam,
Wisata Buatan Modern, Wisata Religius, Wisata Sejarah/ Budaya dan Wisata Adat
khas Melayu Banjar. Salah satu objek wisata yang dikembangkan daerah provinsi
Kalimantan Selatan adalah objek wisata alam Pulau Kembang. Sesuai dengan ruang
yang tersedia pada tulisan ini, penulis akan memaparkan sekilas sejarah Pulau
Kembang.
B. Legenda Pulau Kembang
C. Asal Mula Pulau Kembang
Dahulu diantara nusantara terdapat kerajaan-kerajaan, baik kerajaan
yang besar maupun kecil. Di Banjarmasin tepatnya Muara Kuin berdiri sebuah
Kerajaan. Dalam penuturan yang diterima masyarakat secara turun-temurun
diceritakan bahwa dalam kerajaan tersebut ada seorang Patih yang sangat sakti,
berani dan gagah perkasa bernama Datu Pujung.]
Datu Pujung ini merupakan andalan dan benteng pertahanan terhadap
orang-orang yang ingin menguasai atau berbuat jahat pada Kerajaan Kuin. Suatu
ketika seperti yang dikisahkan orang tua dahulu datang sebuah kapal Inggris dengan
membawa penumpang yang moyoritasnya orang Cina. Mereka diketahui ingin tinggal
dan menguasai kerajaan Kuin. Untuk tercapainya niat mereka itu tentu mereka
harus berhadapan dengan Datu Pujung. Ada ketentuan dan persyaratan yang diberikan
oleh Datu Pujung jika ingin menguasai Kerajaan Kuin yaitu harus dapat melewati
ujian yang ditetapkan yakni mesti bisa membelah kayu besar tanpa alat atau
senjata. Ternyata persyaratan dari Datu Pujung ini tidak dapat dipenuhi oleh
mereka yang ingin menguasai kerajaan tersebut. Demikian setelah itu Datu Pujung
memperlihatkan kesaktiannya dan dengan mudah membelah kayu besar itu tanpa
alat. Datu Pujung membuktikan kepada orang-orang yang datang berlayar itu bahwa
persyaratan yang diajukan bukanlah omong kosong atau sesuatu yang mustahil. Disebabkan
para pendatang yang ada dalam kapal Inggris itu tidak dapat memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan, maka oleh Datu Pujung diminta untuk
membatalkan niat mereka menguasai kerajaan Kuin dan agar segera kembali ke
negeri asalnya. Namun mereka bersikeras ingin tinggal dan menguasai Kerajaan
Kuin sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena mereka mamaksakan
kehendaknya, akhirnya Datu Pujung dengan kesaktiannya menenggelamkan kapal
beserta seluruh penumpang yang ada didalammnya.
Setelah sekian lama, bangkai kapal yang ada dipermukaan air itu
menghalangi setiap batang kayu yang hanyut. Dari hari ke hari semakin banyak kayu-kayu
yang bersangkutan hingga menjadi sebuah tumpukan dan kemudian dari tumpukan itu
tumbuhlah pepohonan hingga jadilah sebuah pulau yang ada di tengah sungai. Cerita
tentang tenggelamnya kapal dengan para penumpangnya yang kebanyakan etnis Cina
tersebut menyebar dari mulut ke mulut. Sehingga mereka yang berasal dari
keturunan Cina pun banyak yang mengunjungi pulau tersebut untuk mengenang dan
memberikan penghormatan kepada jasad yang terkubur di situ. Hal ini juga
dibuktikan dengan adanya sebuah tempat penyembahyangan orang Cina .Maka jadilah pulau ini sebagai tempat penyampaian doa dan nadzar, terutama
bagi mereka yang mempunyai ikatan batin
atas keberadaan pulau itu.
Gambar: tempat pemujaan Tionghoa dan
replika monyet putih
Dahulu satiap orang yang berkunjung ke sana membawa sejumlah
untaian kembang (bunga-bungaan), dan karena berlangsung sepanjang waktu dengan
waktu yang lama terjadilah tumpukan kembang yang sangat banyak. Mereka yang
melintasi pulau itu selalu melihat dan menyaksikan tumpukan kembang yang begitu
banyak. Karena selalu menarik perhatian bagi mereka yang melintasi tempat ini
dan menjadi penanda maka untuk menyebutnya diberi nama dengan Pulau Kembang.
Lama-kelamaan nama Pulau Kembang semakin dikenal dan ramai dikunjungi orang
dengan niat dan tujuan yang berbeda-beda. Misalnya ada yang mengeramatkan atau
sekedar ingin tahu keberadaan Pulau Kembang yang telah melegenda itu. Sekarang
pun masih banyak ditemui kunjugan dari mereka yang punya hajat tertentu.
D. Asal-Usul Kera Penghuni Pulau Kembang
Dari manakah asal usul kera Pulau Kembang ? dalam sebuah cerita
disebutkan ada salah satu dari keturunan raja di Kuin tidak dikaruniai
keturunan. Menurut ramalan ahli nujum pada saat itu jika ingin memiliki anak
maka harus berkunjung ke Pulau Kembang dengan mengadakan upacara badudus
(mandi-mandi). Ramalan dan nasihat ahli nujum ini dilaksanakan oleh kerajaan.
Setelah beberapa waktu sepulang mengadakan upacara di Pulau Kembang ternyata
istri dari keturunan raja yang dimaksud hamil. Begitu bahagianya keluarga raja
mendengar hal gembira tersebut. Maka raja yang berkuasa memerintahkan petugas
kerajaan untuk menjaga pulau tersebut agar tidak ada yang merusak dan
mengganggunya.
Petugas kerajaan yang mendapatkan perintah menjaga Pulau Kembang
itu membawa dua ekor kera besar, jantan dan betina yang diberi nama si Anggur.
Konon menurut cerita yang beredar setelah sekian lama petugas kerajaan ini menghilang
secara ghaib tak diketahui kemana perginya. Sedangkan kera yang ditinggalkan
berkembang biak dan menjadi penghuni Pulau Kembang.
Gambar: ucapan selamat datang untuk
para pengunjung Pulau Kembang
Gambar: Kumpulan kera penghuni Pulau Kembang (kera berekor panjang)
Gambar: tempat pemujaan Tionghoa dan replika
monyet putih (Hanoman)
Gambar:
Pulau Kembang di lihat dari setelit
Pulau Kembang
adalah sebuah delta yang terletak di tengah sungai Barito yang termasuk di
dalam wilayah administratif kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, provinsi
Kalimantan Selatan. Pulau Kembang terletak di sebelah barat Kota Banjarmasin.
Pulau Kembang ditetapkan sebagai hutan wisata berdasarkan SK. Menteri Pertanian
No. 788/Kptsum12/1976 dengan luas 60 Ha.
Datu Pujung
adalah sebuah gelar. Adapun nama asli beliau adalah Aria Malangkan tinggal di
Tangga Ulin Amuntai, beliau hidup bertepatan padamasa pemerintahan Pengeran
Suryanata sampai pemerintahan Pangeran Suriansyah. Beliau adalah salah seorang
Datu diantara Datu-datu lainnya dalam hikayat Datu-datu Banjar. Beliau juga
seorang Patih dari Kerajaan Banjar.
Yaitu suatu
tempat untuk pemujaan bagi etnis Tionghoa disertai replika monyet putih
(Hanoman) sebagai sebuah simbol penjaga Pulau Kembang.
http://kerajaanbanjar.wordpress.com/2007/02/26/asal-usul-pulau-kambang-dan-kera-penghuninya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar